Oleh: T. Rosyadi
Sama (panjang dengan alif di akhir) artinya naik, terangkat atau tinggi. Langit disebut al-sama karena ia tinggi. Nama disebut al-ism karena dengan ism terangkat dzat yang dinamai sehingga ia dikenali.
Jadi ism itu merujuk pada tiga hal; (1) mukhbar anh (sesuatu yang wujud di luar); (2) khabar anh (sesuatu itu dalam pikiran, konsep) dan (3) lafadz yang menghubungkan keduanya.
Dalam Qur’an surat al-Baqarah ayat 31, Allah mengajari Nabi Adam as (ilmu) tentang al-asma, bukanlah dalam arti lafadz saja (3) atau lafadz dengan konsepnya (2&3) namun dalam arti ilmu yang sampai pada hakikatnya (1). Jadi, kata “allama” di sana menunjukan tiga tindakan; (1) menghadirkan hakikat sesuatu; (2) mengaktualkan konsepnya dalam qalb Adam as; (3) menyebut atau menulis lambang namanya.
Hal ini berhadap-hadap dengan kata asma samaitumuha pada ayat 40 surat Yusuf atau kata sammuhum pada ayat 33 surat al-Ra’d yang membongkar kebohongan iftara kaum musyrikin tentang nama nama konseptual belaka tanpa ada wujud haqiqi yang dirujuknya. Atau dalam arti kata kata tanpa makna. Wallahu a’lam.
Mariuk, menjelang buka shaum ke 13 Ramadhan 1443