Pesan dari Qatar untuk Dunia

Oleh: Naufal A.

Piala Dunia 2022 di Qatar telah resmi dimulai sekitar tiga hari yang lalu, walaupun baru berjalan selama tiga hari, kejuaraan sepakbola dunia yang  digelar menjelang akhir tahun 2022 ini telah mengejutkan dunia. Kemenangan tim nasional Arab Saudi atas Argentina dan munculnya tim nasional Jepang sebagai pemenang dalam pertandingan grup melawan Jerman semalam, merupakan dua kejadian yang sangat menggegerkan publik, terutama masyarakat Indonesia.

Beragam komentar dan cuitan netizen Indonesia, yang di antaranya menyatakan kebangkitan sepakbola Asia, sontak bermunculan, meramaikan beranda sejumlah platform media sosial. Betapa tidak, kedua tim yang berasal dari Asia itu rupanya mampu mengalahkan dua tim raksasa dari Eropa dan Amerika Selatan yang sebelumnya pernah meraih gelar juara dunia.

Penyelenggaraan Piala Dunia 2022 yang baru berjalan tiga hari ini, selain telah mengejutkan publik atas dua kemenangan tim nasional di atas, juga telah memberikan kesan yang berbeda pada masyarakat dunia. Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, nampaknya sedang berusaha menyampaikan pesan penting pada dunia melalui narasi dan sikap yang telah ditunjukannya.

Piala Dunia 2022 di Qatar dibuka oleh sejumlah penampilan kolosal yang sangat menarik. Pembukaan tersebut diselenggarakan di Stadion Al-Bayt, Al-Khor. Jungkook, salah seorang anggota BTS, boyband dari Korea Selatan, juga ikut tampil dalam pembukaan Piala Dunia 2022 untuk menyanyikan lagu “Dreamers”, official song FIFA World Cup 2022.

Penampilan Sarat Makna

Adalah suatu hal yang lazim apabila penyanyi-penyayi dipersilakan untuk tampil di ajang pembukaan Piala Dunia. Berbeda dengan pembukaan Piala Dunia sebelumnya, dalam pembukaan Piala Dunia 2022, terdapat sebuah penampilan yang mengundang perhatian publik dibanding dengan sekadar tampilnya Jungkook.

Morgan Freeman, salah seorang aktor dan narator terkemuka dari Amerika Serikat bersama dengan Ghanim Al-Muftah, Youtuber muda dari Qatar yang difabel, tampil di ajang pembukaan Piala Dunia 2022. Keduanya membawakan narasi yang menurut hemat penulis, memiliki makna yang sangat dalam.

Dalam kesempatan itu, Morgan Freeman memulai penampilannya dengan menyampaikan sebuah monolog. Freeman berjalan di atas panggung sambil menyatakan keheranannya atas suara yang baru-baru ini ia dengarkan. Percakapan tunggal dari aktor berkebangsaan Amerika itu lalu ditanggapi oleh Ghanim Al-Muftah. Youtuber muda asal Qatar itu menerangkan kepada Freeman mengenai suara yang telah ia dengar sebelumnya. Ghanim menyatakan suara itu sesungguhnya adalah panggilan yang ditujukan kepada seluruh dunia.

Tibalah, saatnya Freeman bertanya kepada anak muda asal Qatar yang difabel itu.

“Bagaimana bisa banyak negara, bahasa, dan budaya datang bersama, apabila hanya ada satu cara untuk diterima?”, tanya Freeman.

Ghanim Al-Muftah lantas membalas pertanyaan Freeman dengan mengutip ayat suci Al-Quran, Q.S. Al-Hujurat ayat 13 dalam bahasa aslinya, yang artinya sebagai berikut:

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.”

Ghanim kemudian menyampaikan makna ayat tersebut kepada Freeman. Ia menerangkan bahwa sesungguhnya manusia diciptakan di muka bumi secara berkelompok, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar semuanya saling mengenal dan menemukan keindahan di tengah keberagaman antar satu dengan yang lainnya.

Pesan Penting untuk Dunia

Percakapan yang berlangsung antara Morgan Freeman dengan Ghanim Al-Muftah sangat layak untuk direnungkan masyarakat dunia dewasa ini. Narasi yang disampaikan Ghanim kedengarannya sangat sederhana, namun sesungguhnya ia adalah pesan yang maha penting yang berasal dari Allah Swt.

Ghanim, menyampaikan pesan bahwa keberagaman di dunia ini sengaja ciptakan oleh Allah Swt., Tuhan Yang Maha Kuasa. Perbedaan yang pada dasarnya adalah anugerah dari Tuhan yang wajib dirawat oleh manusia. Siapa saja dan apa pun usaha untuk merusak keberagaman di dunia ini, itu semua merupakan tindakan yang berlawanan dengan fitrah Tuhan.

Segala perbedaan yang muncul di antara umat manusia, baik dalam bentuk fisik seperti ras, suku, warna kulit, warna bola mata, dan bentuk rambut, maupun dalam bentuk yang abstrak seperti kepercayaan dan pandangan hidup, merupakan anugerah dari Tuhan. Laki-laki, perempuan, orang tua, anak muda, semuanya setara di hadapan Tuhan.

Dalam hal ini, Islam, sebagai agama dan way of life, sejak awal telah menunjukkan pada dunia bahwa sesungguhnya keberagaman di antara sesama manusia, adalah ranah yang sama sekali tidak dipersoalkan. Islam sejak awal muncul sebagai pembela HAM sejati. Islam adalah pembebas Bilal bin Rabah yang dipandang remeh karena statusnya sebagai hamba sahaya keturunan orang Afrika dan pembela kehormatan perempuan yang sempat ditawan oleh Bizantium.

Dunia telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa yang termasuk umat Islam, adalah mereka yang di dalamnya meliputi orang-orang yang berkulit gelap, kuning, dan putih, memiliki rambut lurus, keriting, dan ikal, serta hidup tersebar di benua Asia, Eropa, Afrika, Australia dan Amerika, yang semua itu disatukan oleh tali ikatan iman kepada Allah Swt., Tuhan Yang Maha Esa.

Sayangnya, sebagian masyarakat dunia nampaknya sering kali memahami Islam secara sempit. Mereka mereduksi makna sejati Islam hanya sebagai produk sejarah dan budaya yang berkembang di Jazirah Arab saja. Karena itu, muncul anggapan bahwa Islam datang untuk memusnahkan warisan kebudayan bangsa tertentu, padahal anggapan tersebut tidaklah sejalan dengan kandungan wahyu Allah Swt. yang diterima oleh para pemeluknya. Akibat dari itu, tak jarang muncul wacana tentang Islam vis a vis budaya. Dari yang awalnya bukan menjadi titik sengketa, seketika berubah menjadi sebaliknya.

Kehadiran umat Islam tanpa banyak disadari telah berkontribusi atas kemajuan peradaban umat manusia hari ini. Islam yang pernah mencapai puncak peradabannya pada abad ke-8 sampai dengan 15, adalah salah satu  penyangga peradaban dunia.

Perbedaan Yes! Penyimpangan No!

Ayat yang disampaikan oleh Ghanim dalam pembukaan Piala Dunia 2022 juga menurut pandangan penulis merupakan bentuk peringatan bagi kaum LQBTQ beserta para simpatisannya. Ghanim dengan jelas mengingatkan bahwa Allah Swt., Tuhan Yang Maha Welas Asih, sesungguhnya menciptakan manusia dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Dua jenis kelamin tersebut adalah pemberian mutlak dari Allah Swt. Tidak ada jenis kelamin lainnya yang Tuhan ciptakan, kecuali laki-laki dan perempuan. Sebagai konsekuensinya, perbedaan orientasi seksual yang menimpa sebagian masyarakat dunia hari ini merupakan penyakit yang harus dicari obatnya.

Sekali pun Islam pada dasarnya menyatakan betapa pentingnya merawat keberagaman atau perbedaan di antara sesama umat manusia, akan tetapi, segala bentuk hal yang berpotensi merusak keberagaman sebagai anugerah dari Tuhan harus segera dientaskan.

LGBTQ sebagai kelompok yang masif melancarkan gerakan kampanye pada abad ke-21 ini, adalah salah satu sumber permasalahan yang harus diselesaikan bersama oleh umat manusia, terutama umat Islam yang diberikan amanah untuk merawat fitrah keberagaman.

LGBTQ sebagai kelompok maupun isu yang memiliki tujuan agar seluruh dunia berkenan menormaliasi penyimpangan orientasi seksual mereka, harus dihadapi dan dilawan dengan penuh kesadaran.

Perilaku seksual yang menyimpang dari kaum LGBTQ harus menjadi bahan pertimbangan masyarakat dunia. Sejumlah penyakit seksual yang sangat berpotensi disebabkan oleh kelompok tersebut, di antaranya seperti HIV-AIDS harus menjadi perhatian semua kalangan dewasa ini.

Sikap Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 yang dengan tegas menolak simbol LGBTQ adalah tindakan yang patut diapresiasi. Sekali pun hal tersebut menuai kecaman dari sejumlah elit maupun media Barat, namun yang jelas, kita tidak perlu heran. Toh, sikap mendua yang selalu ditunjukkan mereka sudah mafhum diketahui oleh dunia, tanpa kecuali masyarakat Indonesia.

Untuk diketahui pula, di samping melarang simbol LGBTQ, Qatar juga melarang penjualan minuman beralkohol di stadion-stadion Piala Dunia 2022. Tindakan tersebut semakin membuat elit-elit maupun media di Barat tidak menyukai Qatar sebagai tuan rumah. Ketidaksukaan media-media Barat atas penyelenggaraan Piala Dunia di Qatar belakangan ini diketahui setelah BBC dari Inggris dan sebuah media di Jerman menolak menyiarkan pembukaan Piala Dunia 2022.

Belajar dari Qatar

Qatar yang kini sedang ramai menjadi sasaran bulan-bulanan beberapa media Barat itu memberikan pelajaran penting pada dunia bahwa tamu wajib menghormati adat yang diberlakukan tuan rumah. Kita wajib menghormati perbedaan, tetapi kita wajib pula menolak penyimpangan. Perbedaan yes! Penyimpangan no!

Penyelenggaraan Piala Dunia 2022 yang dilaksanakan di Qatar ini tidak mungkin lepas dari berbagai kekurangan. Bagaimana pun juga, kekurangan-kekurangan itu mesti menjadi catatan FIFA untuk perhelatan kejuaraan sepakbola berikutnya.

Qatar, sebagai negara Timur Tengah yang dipercaya menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 telah menunjukkan komitmennya pada dunia dan tanpa malu sedikit pun, menegaskan identitas serta keberpihakannya. Di tengah badai kecaman yang sedang menghantam Qatar, semoga Qatar tetap konsisten dengan sikapnya yang tegas dan tidak mendua seperti para penentangnya.

One thought on “Pesan dari Qatar untuk Dunia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *