Macam-Macam Penyakit Bathin

Oleh: Dik-Dik Triandi, M.Ag.

Pemuda Persis Tanjungsari

Semoga dalam ibadah shaum ini, kita diberikan kesehatan dalam melakukannya. Karena setiap ibadah yang dilakukan ketika sehat lebih baik daripada ibadah yang dikukan hanya pada sakitnya saja.

Seorang muslim yang kuat, sehat dan bersih lebih disukai daripada muslim yang lemah. Kebersihan sebagian dari iman, karena dengan fisik yang bersih, mencerminkan jiwa yang siap untuk berhadapan dengan yang maha suci, kita juga tahu sendiri bukan, tempat tinggal jin jahat itu di tempat yang lembab, kotor, bau dan sepi. Artinya manusia yang jorok dan lemah termasuk pada kategori buruk. Karena, setiap yang lemah bisa menjadi kuat dengan tekad, dan setiap yang jorok bisa menjadi bersih dengan bersuci.

Seorang muslim yang tidak pernah ibadah di waktu sehatnya, dia hanya melakukannya di saat dirinya sakit, maka dirinya mendapat setengah kebaikan dari orang yang sehat. Namun, terdapat pengecualian untuk orang yang rajin dan istiqomah dalam beribadah saat sehat, ketika sakitnya pun, kualitas ibadahnya masih terhitung sama, lebih ekstrimnya lagi, ketika dirinya meninggal, pahala kebaikan yang istiqomah dulu dilakukan ketika hidup, tetap mengalir untuknya setelah di alam yang lain. Kenapa seperti ini?

Karena, setiap tindakan yang dilakukan dengan istiqomah / konsisten, dibarengi dengan prinsip hidup untuk mendekatkan diri pada Allah, secara tidak langsung dia sudah membentuk kualitas dirinya menjadi lebih bercahaya, orang yang memiliki penglihatan cakra dan aura, dapat melihat aura atau energi orang ini lebih bercahaya daripada orang pada umumnya. Tentu orang seperti ini, akan menerangi siapapun yang ada di sekitarnya, dimulai dari keluarga, teman, rekan kerja sampai pada jemaah. Ketika dirinya meninggal pun, cahayanya masih tetap terang, menerangi orang-orang yang terinspirasi oleh dirinya. Inilah jariyah yang disebut sebagai ilmu yang bermanfaat, kita tidak akan pernah tahu, siapa saja orang yang terinspirasi oleh kita dalam melakukan kebaikan, yang pernah kita ajarkan, yang pernah kita tanam, selama kita hidup di dunia.

Bahasan selanjutnya mengenai penyakit. Darimanakah datangnya sakit, baik fisik, mental ataupun jiwa. Jika hanya sebatas fisik, maka yang dirasakan akan sementara, karena sistem imun itu terbentuk dari mental yang positif, positif thinking pada diri sendiri menuju pada kesembuhan.

Selanjutnya penyakit mental, hal ini datang pada tekanan dan paksaan, segala sesuatu yang datang pada diri kita (karma), tapi diri kita belum siap menghadapi masalah tersebut, dan tidak sanggup menyelesaikannya sendiri, akhirnya jadilah sakit. Makanya kalau punya masalah cerita, kalau gak bisa nyelesain sendiri, minta pertolongan pada orang yang lebih mampu. Bukankah Allah tidak akan menimpa musibah melebihi dari kapasitas manusia? Betul, selama manusia tersebut sadar dan mau berobat atas segala obat yang sudah Allah sediakan di luar sana. Yang dimaksud dengan obat adalah, segala sesuatu yang bisa kita jangkau, bukan memaksakan atau menghalalkan segala cara untuk sembuh. Bukannya, mengahadapi cobaan, malah membuat masalah yang lebih berat, disinilah letak kerugian, Saat Allah memberikan cobaan sesuai dengan kapasitas dirinya, berhubung dirinya melakukan sesuatu hal yang haram, maka yang terjadi kemudian selanjutnya adalah, dirinya mendapatkan sesuatu musibah yang memang tidak dapat diselesaikan sendiri, tidak bisa ditolong oleh siapapun, jalan keluar satu-satunya adalah dengan menerima hukuman, jika di dunia ada penjara dalam undang-undang, jika di akhirat ada siksaan yang pedih.

Janganlah menahan segala sesuatu yang harus kita lalui (karma), karena, setiap penolak kenyataan pada hidup kita, akan menghambat manusia untuk mencapai kebenaran yang hakiki (Dharma). Misalnya, jika kita jatuh cinta pada seseorang, ungkapkan, karena agama tidak melalarangnya. Apabila sudah dicoba, kalian akan dihadapi dengan dua kemungkinan, jawaban inilah yang disebut sebagai ‘karma’, karma adalah segala tindakan yang harus kita terima. Baik lamaran kita disetujui atau ditolak, kita harus tetap menerima ketentuan tersebut, harus siap. Jika tidak, maka penyakitlah yang akan datang. Tentu penyembuhnya bukan datang dari obat medis, melainkan harus menggunakan metode terapi penyucian jiwa dengan media:

  1. Ditempatkan di tempat yang luas, bisa melihat pemandangan indah, sejauh mata memandang, seperti dekat lereng gunung.
  2. Ditempatkan di dekat pantai,
  3. Belajar berkebun,
  4. Meditasi, untuk mengisi ulang energi, (ngumpulkeun pangacian), dan mempertajam cakra.

Karantina ini, akan mendapatkan bimbingan dari para tabib yang akan mengarahkan pasien untuk selalu sadar akan tujuan hidup manusia diciptakan di bumi ini. Pengobatan ini akan berlangsung selama 40 hari lamanya, sampai pasien bisa menyadari akan pentingnya kembali pada Allah dan bisa beribadah kembali melakukan kewajiban sebagai mana seorang muslim.

Bahasan selanjutnya yang dapat mengotori bahkan bisa menjadikan jiwa terganggu adalah mengubah qolbu menjadi terhalang oleh titik-titik hitam, darimanakah datangnya, hal ini datang dari dosa-dosa kecil yang dilakukan. Walaupun dosa kecil, namun jika terus dilakukan secara berulang-ulang, akan menjadi karakter yang akan menutupi hati dari cahaya suci kebenaran. Ego merasa benar akan bertumbuh, apalagi akan memunculkan karakter baru, yaitu meremehkan orang lain. Kita sebagai seorang muslim tidak bisa meremehkan muslim lainnya, bahkan manusia lainnya. Karena segala tingkatan kualitas jiwa setiap manusia, hanya bisa dinilai oleh Allah melalui catatan amalan masing-masing. Janganlah meremehkan orang lain, selama kamu tidak mengetahui catatan amalnya. Bagaimana jika catatan amalnya lebih baik daripada kamu? Tentu lebih baik, karena pahala orang yang meremehkan akan berpindah pada orang yang diremehkan. Semakin kita sombong, semakin kecil catatan kebaikan kita, karena banyak amalan yang berpindah.

Masih membahas tentang yang remeh, meremehkan orang lain termasuk dosa kecil, yang dilakukan terus menerus akan menutupi hati dan membentuk karakter jiwa menjadi pribadi yang buruk. Kemudian, jika ingin lebih buruk lagi adalah dengan meremehkan juga dosa-dosa kecil lainnya. Seperti meninggalkan sholat secara sengaja, meremehkan sholat wajib, meremehkan pemberian orang lain, meremehkan ibadah haji dan lainnya. Hal yang remeh inilah yang mungkin bisa menjadi sebab manusia masuk dalam neraka.

Sebelum terlambat, bertaubatlah, siapakah nanti yang akan menolong orang-orang ini di hari akhir? Tentu Allah akan menghitung amalan setiap manusia secara keseluruhan, tidak sedikit dari seorang muslim yang mendapat syafaat (pertolongan) dari muslim yang lain yang di izinkan Allah yang terpenting, penolong itu tentu memiiki relasi dengan kita. Pertanyaannya, sejauh mana kita membangun relasi dengan Rosul Muhammad? Sebaik apa kita dalam mendidik anak-anak kita menjadi orang yang sholeh?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *